Di Manado ada Gereja Sentrum yang sudah
ratusan tahun usianya. Begitupun di Tomohon ada gereja Sion yang berdiri sejak
tahun 1844. Namun, keduanya telah mengalami renovasi dan perubahan
besar-besaran. Seperti Gereja Sion pertama dari papan di atas tiang, telah
dibongkar dan dibangun baru dari tembok tahun 1930.
Maka, gedung gereja GMIM di Desa Watumea
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa yang kini bernama Galilea, tercatat sebagai
gereja tertua di Sulawesi Utara. Karena arsitektur, bangunan serta semua
kelengkapan gerejanya masih sama seperti ketika pertama kali didirikan, hampir
139 tahun silam. Tak heran pemerintah menjadikannya sebagai cagar sejarah yang
banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara.
Desa Watumea yang berada di tepi timur
Danau Tondano dipercaya telah berdiri sejak tahun 1762. Namun, perkembangannya
baru menjadi pesat ketika para pengungsi dari pulau delta Minawanua Tondano
yang kalah perang di tahun 1808, lari dan kemudian bermukim di Watumea selang
tahun 1811 dan 1812. Para pengungsi ini kebanyakan adalah bekas penduduk Walak
Tondano-Touliang. Nama Watumea dipakai oleh para pionirnya, sebab di lokasi
tersebut banyak batu dan kerikil berwarna
merah, yakni batu angus yang dalam bahasa daerah Tondano disebut watumea, atau
batu merah.
Gedung gereja yang kini telah menjadi bangunan antik tersebut dibangun oleh seluruh
warga Watumea dengan cara gotong royong di tahun 1871. Bangunannya hasil rancangan
Pendeta Hessel Rocker yang juga turun langsung mengawasi pekerjaannya. Pendeta
Rocker yang berasal dari Grootebroek dan pernah bekerja di Bulukumba tiba di
Tondano bulan Oktober 1854 untuk membantu Pendeta Johann Friedrich Riedel. Ia
sangat berjasa besar bagi Watumea dan juga desa-desa lain di kawasan Tondano
Pante. Sebab bersama para hukum tua, ia membantu melakukan penataan pemukiman
serta bagaimana cara membangun rumah yang sederhana namun sehat.
Tidak berselang lama, karena dikerjakan secara gotong royong, pembangunan gedung
gereja berhasil dirampungkan akhir tahun 1871, sehingga pada minggu kedua bulan
Desember 1871 ibadah pentahbisannya dilakukan sendiri oleh Pendeta Rocker.
Peralatan dan perlengkapan gereja, seperti lonceng dan sebagainya sengaja
dipesannya dan spesial didatangkan dari Jerman dan Swiss. Sampai saat ini
sebagian peralatan tersebut masih ada.
Jemaat Watumea (kini GMIM Galilea) sendiri telah dirintis oleh Pendeta Riedel yang
terkenal itu. Namun Pendeta Rocker yang dianggap membangun dan menumbuhkannya.
Menurut para tokoh gereja setempat, orang Kristen pertama Watumea adalah Elkana
Telis Supit, yang menjadi Hukum Tua Watumea pertama tahun 1836. Elkana bersama
istri dan anak-anaknya dibaptis oleh Riedel pada tanggal 24 November 1837 di
Tondano. Pembaptisannya dianggap babak awal tumbuhnya agama Kristen di Watumea,
sebab kemudian diikuti penduduk secara massal.
Elkana adalah putra Jacob Mantilen Supit yang lebih dikenal sebagai Mayoor Jacob Supit
van Tanawangko, Kepala Walak Tondano 1810- 1817, dan sebelumnya Kepala Walak
Tombariri yang dibaptis di Manado tahun 1782 oleh Ds. Adams. Jacob Supit ini
memimpin kaum pengungsi Tondano (eks Walak Tondano Touliang dan Tondano
Toulimambot) seusai perang 1808- 1809, diangkat Residen Belanda Marinus Balfour
tahun 1809. Kemudian pada tanggal 5 Agustus 1810 kembali diangkat Residen
Inggris Thomas Nelson sebagai kepala kaum pengungsi Tondano.
Karena tuanya, gereja papan di Watumea ini pernah hampir roboh, sehingga
pemerintah turun tangan melakukan upaya penyelamatan dengan memugarnya. Pada
tahun 1983 Direktur Jenderal Kebudayaan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud) Prof Dr Haryati Subadio, meresmikannya sebagai cagar sejarah.
No comments:
Post a Comment