Friday, December 3, 2010

Benteng Amurang

Misteri Harta Karun Portugis dan Spanyol.

Amurang, ibukota Kabupaten Minahasa Selatan banyak potensi wisatanya. Salah satunya adalah cagar budaya Benteng Portugis yang terletak di Kelurahan Uwuran Satu Kecamatan Amurang, tepatnya di lokasi yang lebih dikenal dengan nama Sindulang. Sayang seribu sayang, yang tersisa dari bekas benteng besar itu sekarang hanya bagian kecilnya saja, yakni bekas menara meriamnya, sementara sebagian besarnya telah dirobohkan dan berubah menjadi kompleks gereja GMIM Sentrum Syalom Amurang.


Bangunan terbilang antik di bagian belakang Rumah Tahanan Amurang ini diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1512. Artinya kini telah berusia 498 tahun.

Sejarawan Amurang Yan Mangindaan mengisahkan, bangsa Portugis yang pertama mendarat dan membangun benteng berukuran besar di lokasi pantai Sindulang yang strategis di mulut Teluk Amurang itu. Kemudian menyusul bangsa Spanyol mendarat di perairan Mobongo (kini masuk Kelurahan Kawangkoan Bawah Kecamatan Amurang Barat), serta membangun benteng yang dinamai ‘New Spain’. Namun, dari dua benteng kaum penjajah Eropa ini yang tersisa tinggal Benteng Portugis di Sindulang Uwuran I. Bekas bastion (benteng) tersebut berketinggian sekitar sepuluh meter dari permukaan tanah, dengan luas sekitar sepuluh kali lima belas meter.

"Yang disebut benteng ini sebenarnya cuma bagian kecil dari benteng yang telah runtuh dan dibongkar, yakni menara meriamnya," tutur sejarawan Paul Tumbelaka.

Dulunya di dalam benteng yang dipersenjatai dengan meriam-meriam -- utamanya yang menghadap ke perairan Teluk Amurang untuk menangkis serangan lawan—itu, terdapat pula berbagai bangunan, barak, gudang dan fasilitas militer lainnya. Termasuk tentunya kapel (gereja kecil). Kapel tersebut dipastikan berdiri di lokasi dimana sekarang berdiri dengan megah gereja GMIM Sentrum Syalom Amurang, sehingga disebut-sebut merupakan gereja pertama dan tertua yang dibangun di Tanah Minahasa dan Sulawesi Utara pada umumnya. Menyusul adalah bekas kapel di Benteng New Spain di Mobongo. Kapel Portugis berada pas di bawah altar dari gedung gereja GMIM Sentrum. Nasib benteng New Spain sendiri terbilang sama tragis dengan Benteng New Amsterdam di Kota Manado, tinggal menyisakan reruntuhannya. Sisa-sisanya masih bisa ditengok dari bekas-bekas fondasinya. Dari reruntuhannya tergambar bilamana bekas Benteng New Spain ini terbilang cukup besar pula. Meliputi lokasi yang kini berdiri gereja GMIM Kawangkoan Bawah serta areal seputaran Jembatan Timbang Dishubtel Sulut, dengan areal dibatasi sungai Ranoiapo.

Selain untuk pertahanan dan kediaman serdadu, di dalam benteng Spanyol ini juga berada kapel yang kini telah ditempati gedung gereja GMIM Kawangkoan Bawah. Malahan di dekatnya berada bekas pekuburan Spanyol. Buktinya, di depan pintu pastori gereja GMIM Kawangkoan Bawah masih terdapat nisan kubur orang Spanyol.

Harta Karun
Banyak tokoh dan warga di kota Amurang sangat yakin kalau di ruang bawah tanah Benteng Portugis di Sindulang Uwuran dan Benteng New Spain di Mobongo masih tersimpan harta karun bernilai sejarah. Terutama di Benteng Portugis itu, dugaan mereka masih tersimpan emas batangan, mata uang kuno serta berbagai benda biasa yang kini telah bernilai sangat tinggi karena usianya sudah mendekati lima abad.

Ruang bawah tanah di Benteng Portugis sampai saat ini belum dikuak, entah percaya atau tidak. Sebab, pintu baja menuju ruang bawah tanah yang diperkirakan menyimpan harta karun di bagian tengahnya serta jalan-jalan ke ruang-ruang lain yang telah tertimbun reruntuhan dan tanah, sampai saat ini masih tergembok. Pernah ada upaya berbagai pihak untuk ‘membuka’, namun gagal total. Malahan, sebuah tim dari Negeri Belanda beberapa tahun silam pernah ‘turun’ untuk mencoba membukanya, tetapi karena status benteng sebagai cagar budaya dibawah Diknas, tentu saja upaya para pencari harta karun tersebut berbuntut kegagalan.

"Jalan-jalan bawah tanah Benteng Portugis ini menembus ke kompleks gereja Sentrum. Tapi pintunya sudah tertutup," kisah Paul Tumbelaka.

Harta karun lain tinggalan Benteng Portugis ini berupa sebelas pucuk meriam yang kini sudah raib tidak diketahui entah kemana. Namun, sumber lain mengungkap, salah satunya berada di markas 712 Kompi C di Kelurahan Pondang, dan sepuluh lainnya tersebar di Kantor Gubernur, Markas Korem dan Kodim Minahasa. Dikisahkan Tumbelaka, dinding-dinding beton Benteng Portugis termasuk Benteng Spanyol telah dibongkar di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Daendels (1807-1815). Dindingnya dimanfaatkan untuk pembangunan jalan di Amurang. Dan, pembongkaran paling akhir terjadi masa pemerintahan Jepang.

No comments:

Post a Comment