Misteri Harta Karun Portugis dan Spanyol.
Amurang, ibukota Kabupaten Minahasa Selatan banyak potensi wisatanya. Salah
satunya adalah cagar budaya Benteng Portugis yang terletak di Kelurahan Uwuran
Satu Kecamatan Amurang, tepatnya di lokasi yang lebih dikenal dengan nama
Sindulang. Sayang seribu sayang, yang tersisa dari bekas benteng besar itu
sekarang hanya bagian kecilnya saja, yakni bekas menara meriamnya, sementara
sebagian besarnya telah dirobohkan dan berubah menjadi kompleks gereja GMIM
Sentrum Syalom Amurang.
Bangunan terbilang antik di bagian belakang Rumah Tahanan Amurang ini diperkirakan telah
berdiri sejak tahun 1512. Artinya kini telah berusia 498 tahun.
Sejarawan
Amurang Yan Mangindaan mengisahkan, bangsa Portugis yang pertama mendarat dan
membangun benteng berukuran besar di lokasi pantai Sindulang yang strategis di
mulut Teluk Amurang itu. Kemudian menyusul bangsa Spanyol mendarat di perairan
Mobongo (kini masuk Kelurahan Kawangkoan Bawah Kecamatan Amurang Barat), serta
membangun benteng yang dinamai ‘New Spain’.
Namun, dari dua benteng kaum penjajah Eropa ini yang tersisa tinggal Benteng Portugis
di Sindulang Uwuran I. Bekas bastion (benteng) tersebut berketinggian sekitar sepuluh
meter dari permukaan tanah, dengan luas sekitar sepuluh kali lima belas meter.
"Yang
disebut benteng ini sebenarnya cuma bagian kecil dari benteng yang telah runtuh
dan dibongkar, yakni menara meriamnya," tutur sejarawan Paul Tumbelaka.
Dulunya di dalam benteng yang dipersenjatai dengan meriam-meriam -- utamanya
yang menghadap ke perairan Teluk Amurang untuk menangkis serangan lawan—itu,
terdapat pula berbagai bangunan, barak, gudang dan fasilitas militer lainnya. Termasuk tentunya kapel (gereja kecil). Kapel
tersebut dipastikan berdiri di lokasi dimana sekarang berdiri dengan megah
gereja GMIM Sentrum Syalom Amurang, sehingga disebut-sebut merupakan gereja
pertama dan tertua yang dibangun di Tanah Minahasa dan Sulawesi Utara pada
umumnya. Menyusul adalah bekas kapel di Benteng New Spain di Mobongo. Kapel
Portugis berada pas di bawah altar dari gedung gereja GMIM Sentrum.
Nasib benteng New Spain sendiri terbilang sama tragis dengan Benteng New Amsterdam di
Kota Manado, tinggal menyisakan reruntuhannya. Sisa-sisanya masih bisa ditengok
dari bekas-bekas fondasinya. Dari reruntuhannya tergambar bilamana bekas
Benteng New Spain ini terbilang cukup besar pula. Meliputi lokasi yang kini
berdiri gereja GMIM Kawangkoan Bawah serta areal seputaran Jembatan Timbang
Dishubtel Sulut, dengan areal dibatasi sungai Ranoiapo.
Selain untuk pertahanan dan kediaman serdadu, di dalam benteng Spanyol ini juga berada
kapel yang kini telah ditempati gedung gereja GMIM Kawangkoan Bawah. Malahan di
dekatnya berada bekas pekuburan Spanyol. Buktinya, di depan pintu pastori
gereja GMIM Kawangkoan Bawah masih terdapat nisan kubur orang Spanyol.
Harta Karun
Banyak tokoh dan warga di kota Amurang sangat yakin kalau di ruang bawah tanah Benteng
Portugis di Sindulang Uwuran dan Benteng New Spain di Mobongo masih tersimpan
harta karun bernilai sejarah. Terutama di Benteng Portugis itu, dugaan mereka
masih tersimpan emas batangan, mata uang kuno serta berbagai benda biasa yang
kini telah bernilai sangat tinggi karena usianya sudah mendekati lima abad.
Ruang bawah tanah di Benteng Portugis sampai saat ini belum dikuak, entah percaya
atau tidak. Sebab, pintu baja menuju ruang bawah tanah yang diperkirakan
menyimpan harta karun di bagian tengahnya serta jalan-jalan ke ruang-ruang lain
yang telah tertimbun reruntuhan dan tanah, sampai saat ini masih tergembok.
Pernah ada upaya berbagai pihak untuk ‘membuka’, namun gagal total. Malahan, sebuah
tim dari Negeri Belanda beberapa tahun silam pernah ‘turun’ untuk mencoba
membukanya, tetapi karena status benteng sebagai cagar budaya dibawah Diknas,
tentu saja upaya para pencari harta karun tersebut berbuntut kegagalan.
"Jalan-jalan bawah tanah Benteng Portugis ini menembus ke kompleks gereja Sentrum. Tapi
pintunya sudah tertutup," kisah Paul Tumbelaka.
Harta karun lain tinggalan Benteng Portugis ini berupa sebelas pucuk meriam yang kini
sudah raib tidak diketahui entah kemana. Namun, sumber lain mengungkap, salah
satunya berada di markas 712 Kompi C di Kelurahan Pondang, dan sepuluh lainnya
tersebar di Kantor Gubernur, Markas Korem dan Kodim Minahasa.
Dikisahkan Tumbelaka, dinding-dinding beton Benteng Portugis termasuk
Benteng Spanyol telah dibongkar di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman
Daendels (1807-1815). Dindingnya dimanfaatkan untuk pembangunan jalan di
Amurang. Dan, pembongkaran paling akhir terjadi masa pemerintahan Jepang.
No comments:
Post a Comment