Saturday, December 4, 2010

Gua 50 Kamar

Tempat Pengungsian Jepang Terakhir

Masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun di tanah air, selain beragam suka-duka, juga menyisakan kisah dan peristiwa unik dan menarik. Disamping dikabarkan meninggalkan misteri harta karun, di masa itu juga mereka meninggalkan bekas-bekas sejarah pendudukan berupa gua-gua bekas penyimpanan senjata dan amunisi, bahkan gua-gua pengungsian yang tersebar di berbagai tempat. Salah satunya adalah Gua 50 Kamar yang berada di ujung barat Kelurahan Sendangan, Kecamatan Kawangkoan, Minahasa.

Rangkaian 50 kamar gua yang terletak di perkebunan Masem, sekitar 150 meter dari jembatan Masem yang menjadi penghubung utama pusat kota Kawangkoan dengan desa Kayuuwi, Tombasian Atas, Tombasian Bawah dan Ranolambot ini terkesan unik.

Letak kedua mulut gua tampak sengaja disamarkan, ditempatkan pada posisi yang tak gampang terlihat. Dari arah perkampungan (sekarang Kelurahan Sendangan), yakni sebelah timur, terdapat satu mulut gua. Sementara yang satunya lagi terletak di pinggir rawa-rawa yang sekarang menjadi persawahan, menghadap ke arah atas permukaan tanah di sebelah selatan. Kedua mulut gua tersebut dibuat hanya pas saja dengan ukuran tubuh manusia. Maka bila dilihat sepntas saja terkesan hanyalah sekadar lubang biasa.

Jarak kedua mulut gua tersebut berkisar 500 meter, sehingga menjadi tempat yang sangat aman untuk bertahan maupun menghindar bila sewaktu-waktu terjadi serangan pihak lawan, yakni Sekutu.

Ukuran mulut gua yang dijadikan pintu gerbang utama yang menghadap arah barat di pinggiran ruas jalan raya Kawangkoan - Amurang, kurang lebih delapan kali empat meter. Pada masa Peranga Dunia II, gerbang utama ini berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan pembesar tentara Jepang yang siap siaga setiap saat.

Menurut warga yang menjadi saksi sejarahnya pembangunan Gua 50 Kamar ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat dari 3 kecamatan yakni Kawangkoan, Tareran dan Tombatu di tahun 1943. Mereka ditugaskan oleh tentara Jepang secara bergiliran menggali tanah bukit bercadas yang mengandung bebatuan besar. Masa pembangunan itu, sempat menewaskan 3 orang penduduk.

Guanya sendiri pernah dihuni oleh Letnan Jenderal Kagayaku, yang disebut sebagai penguasa Angkatan Udara Sulawesi dan Indonesia bagian Timur yang berpusat di lapangan terbang Kalawiren Kakas. Saat itu gua dilengkapi dengan persenjataan berat serta peralatan komunikasi dan generator berkapasitas 5000 watt. Kini kondisi Gua 50 Kamar dalam keadaan terlantar. (Adrianus)

No comments:

Post a Comment