FANTASTIS.
Kelurahan Woloan Satu Utara Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon ternyata
menyimpan potensi sumber air yang luar biasa. Sampai saat ini sejumlah mata air
besar masih terpelihara baik. Semisal, mata air Walanda, Walean, Woloan,
Manunumbeng, Sarapun, Totombe dan Welu.
Ini sebenarnya terasa biasa, sebab di mana-mana Tanah Minahasa yang memang kaya dan
subur terdapat sumber air demikian. Yang hebat dan terkesan ajaib, sebab memang
dipercayai penduduknya adalah karena mata air-mata air tersebut mempunyai
cerita dan khasiat-khasiat beragam.
Konon, pada masa dahulu, begitu kepercayaan dan tuturan berasal para tetuanya,
diyakini kalau mau pintar orang harus mandi dulu di mata air Walanda di kala
waktu subuh sebelum banyak orang mendatanginya, entah berhajat mandi atau
sekadar mengambil air bersih untuk kebutuhan rumah tangga. Ini, gara-gara orang
Eropa khususnya Belanda yang datang ke Woloan lebih memilih mandi menggunakan
mata air yang kemudian dinamai mata air Walanda sampai saat ini,
seturut lafal orang Minahasa membahasakan bule asal negeri kincir angin yang
masa itu memang menjajah Indonesia. Ada ungkapan masa itu, mau pintar, ya meniru
orang Eropa apalagi Walanda, biar negeri kecil mampu menguasai negeri besar.
Bukti dari tularan kepintaran penduduk mandi di mata air Walanda entah benar apa
tidak ada banyak contohnya. Sejak dekade
tahun 1970-an, orang Woloan tersohor sebagai arsitek-arsitek
otodidak namun handal dalam meramu rumah-rumah tradisional Minahasa yang
karyanya menyebar di Minahasa, Sulut, seantero Indonesia, bahkan mancanegara.
Sedangkan mata air Walean di dekatnya, penduduk negeri sekitar 3 kilometer dari pusat
Kota Tomohon ini meyakininya berkhasiat untuk menyembuhkan bermacam penyakit.
Sebab, di zaman dulu orang Woloan yang sakit akan disuruh mandi di mata air
Walean, dan rata-rata penyakit yang di derita akan hilang.
Hampir persis khasiat dengan mandi di mata air Woloan, penyakit kulit yang diidap akan
sirna seketika. Khasiatnya berawal dari kisah seorang tokoh legenda pendiri dan
penguasa Woloan pertama yang dikenal juga sebagai pemakai nama pertama Woloan
bagi kawasan yang sebelumnya disebut Katingolan, sebagai negeri asal Walak dan
Distrik Tombariri -- meski kemudian akhirnya memilih bergabung dengan Tomohon
sebagai sesama suku Tombulu.
Tokoh dimaksud adalah Dotu Lokonmangundap yang waruganya berada tidak jauh dari sumber mata air di negeri tua Woloan yang kini sudah dipermak Yayasan Masarang menjadi amphiteater.
Usai memenggal kepala pengayau Bantik bernama Zakian dan Zaziha, konon paras
Lokonmangundap dan pengawalnya terjangkit oleh mahreput alias kalumpang
yang disebut Wolo atau Molon. Tetapi ketika mandi di situ secara
aneh kalumpang-kalumpangnya raib, sehingga tanda bersyukur, maka mata air
tersebut bernama Woloan, termasuk negeri besar di situ – yang dihuni penduduk
hingga tahun 1845 sebelum pindah ke lokasi sekarang--dinamai demikian.
Sehingga, jadilah orang-orang yang menderita kalumpang atau kaskado atau
penyakit kulit lainnya suka mandi di situ untuk bisa sembuh.
Mata air seperti Sarapun, Totombe dan Welu, meski tidak memiliki
kisah-kisah mistis seperti mata air Walanda, Walean, Woloan dan Manunumbeng,
sampai sekarang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih. (Adrianus)
No comments:
Post a Comment